Psikolinguistik
menurut Harley dalam Psikolinguistik (Dardjowidjojo, 2012) merupakan suatu
studi yang mempelajari proses-proses mental dalam pemakaian bahasa. Clark dan
Clark (2012) menambahkan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal
utama, yaitu komprehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa. Jadi dari kedua
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik merupakan ilmu yang
mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam berbahasa.
Ada
beberapa jenis psikolinguistik, diantaranya psikolinguistik umum, perkembangan
dan terapan. Psikolinguistik umum merupakan studi
tentang bagaimana pengamatan/persepsi orang dewasa terhadap bahasa dan
bagaimana ia memproduksi bahasa. Psikolinguistik perkembangan adalah studi
psikologi mengenai perolehan bahasa pada
anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pertama (bahasa ibu) maupun bahasa kedua. Sedangkan psikolinguistik terapan merupakan
aplikasi dari teori-teori psikolinguistik dalam kehidupan sehari-hari pada orang dewasa maupun anak-anak,
contoh: membahas tentang pengaruh perubahan ejaan terhadap persepsi kita
mengenai ciri visual dari katakata,
kesukaran-kesukaran pengucapan, program membaca dan menulis permulaan dan bantuan/pengajaran
bagi anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa.
Masalah
pengajaran bahasa yang terjadi di sekolah dasar tidak akan terlepas dari pembahasan psikolinguistik,
sebab masalah pengajaran bahasa adalah masalah psikolinguistik. Aplikasi
psikolinguistik di sekolah dasar berhungungan erat dengan kebahasaan,
keterampilan dan kesastraan. Psikolinguistik merupakan urat nadi
pengajaran bahasa (Simanjutak, 1982).
Psikolinguistik dan pengajaran bahasa memang tidak dapat dipisahkan, karena fokus atau tumpuan
psikolinguistik adalah pemerolehan bahasa (language acquisition), di
samping pembelajaran bahasa (language learning) dan pengajaran bahasa (language teaching). Oleh sebab itu masalah-masalah
dalam pengajaran bahasa, seperti
masalah metode serta kesulitan membaca dan menulis permulaan di sekolah dasar telah banyak dicoba
untuk dipecahkan dalam kajian-kajian psikolinguistik.
Terdapat tiga fokus kajian dalam psikolinguistik, yaitu: pemerolehan, pengajaran dan pembelajaran bahasa berkaitan satu
sama lain. Satu teori pembelajaran bahasa,
misalnya Teori S-R (Stumulus – Response) akan diwarnai oleh keyakinan guru tentang
bagaimana bahasa itu diperoleh dan dan dipelajari. Oleh sebab itu sudah selayaknya calon guru, guru dan orang tua siswa
sekolah dasar mendalami teori-teori pemerolehan
dan pembelajaran bahasa guna meningkatkan wawasan dan keterampilan mengajarnya.
Aplikasi
psikolinguistik di sekolah dasar berhubungan dengan kebahasaan contohnya adalah
mengajarkan anak dengan keterbelakangan mental dan menangani anak dengan keterlambatan
atau gangguan bicara dengan metode bahasa
ibu sebagai bahasa pengantar pembelajaran. Dengan penggunaan pendekatan bahasa ibu, anak mudah
memahami apa yang ingin kita sampaikan kepadanya. Melalui metode tersebut, anak
dapat menunjukkan perkembangannya dan memahami materi yang diajarkan.
Aplikasi
psikolinguistik di sekolah dasar berhubungan dengan keterampilan contohnya
adalah mengajarkan keterampilan membaca dan
penulisan dengan menggunakan metode SAS. Ini didasarkan adanya para pengamat
dan pakar pendidikan menilai, bahwa siswa sekolah
dasar sekarang hanya
pandai menghafal, tetapi tidak mampu memecahkan masalah yang menuntut kemampuan analitis. Metode SAS dianggap paling efektif dan
efisien untuk mengajarkan membaca permulaan. Metode tersebut menggunakan
globalitas dalam wujud cerita untuk mengawali tiap pelajaran. Dalam cerita
tersebut disisipkan kata atau kalimat yang nantinya akan diajarkan kepada
siswa.
Aplikasi
psikolinguistik di sekolah dasar berhubungan dengan kesastraan contohnya adalah
mengajarkan anak dengan cara bercerita. Cerita merupakan medium yang sangat
baik. Cerita yang diceritakan dengan baik, dapat menginspirasikan suatu
tindakan, membantu perkembangan apresiasi cultural, kecerdasan emosional,
memperluas pengetahuan anak-anak atau hanya menimbulkan kesenangan. Selain itu,
mendengarkan cerita, membantu anak-anak memahami dunia mereka dan bagaimana
mereka berhubungan dengan orang lain. Ketika anak-anak mendengarkan cerita,
mereka akan menggunakan imajinasi mereka untuk menggambarkan isi cerita dari
deskripsi pembaca cerita.
DAFTAR
PUSTAKA
Dardjowidjojo.
2012. Psikolinguistik: Pengantar
Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Junaedi, R.
2012. Gangguan bicara pada mila (anak dengan down syndrome). Tersedia. http://ngurahkenzzo.blogspot.com/2012/01/gangguan-bicara-pada-mila-anak-dengan.
html
Subyantoro.
2007. Model Bercerita Untuk Meningkatkan Kecerdasan Anak: Aplikasi
Psikolinguistik. Vol 19 pp 261-273
terimakasih sangat membantu
BalasHapus