Minggu, 21 September 2014

APLIKASI PSIKOLINGUISTIK DI SEKOLAH DASAR

            Psikolinguistik menurut Harley dalam Psikolinguistik (Dardjowidjojo, 2012) merupakan suatu studi yang mempelajari proses-proses mental dalam pemakaian bahasa. Clark dan Clark (2012) menambahkan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama, yaitu komprehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa. Jadi dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam berbahasa.
Ada beberapa jenis psikolinguistik, diantaranya psikolinguistik umum, perkembangan dan terapan. Psikolinguistik umum merupakan studi tentang bagaimana pengamatan/persepsi orang dewasa terhadap bahasa dan bagaimana ia memproduksi bahasa. Psikolinguistik perkembangan adalah studi psikologi mengenai perolehan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pertama (bahasa ibu) maupun bahasa kedua.  Sedangkan psikolinguistik terapan merupakan aplikasi dari teori-teori psikolinguistik dalam kehidupan sehari-hari pada orang dewasa maupun anak-anak, contoh: membahas tentang pengaruh perubahan ejaan terhadap persepsi kita mengenai ciri visual dari kata­kata, kesukaran-kesukaran pengucapan, program membaca dan menulis permulaan dan bantuan/pengajaran bagi anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa.
Masalah pengajaran bahasa yang terjadi di sekolah dasar tidak akan terlepas dari pembahasan psikolinguistik, sebab masalah pengajaran bahasa adalah masalah psikolinguistik. Aplikasi psikolinguistik di sekolah dasar berhungungan erat dengan kebahasaan, keterampilan dan kesastraan. Psikolinguistik merupakan urat nadi pengajaran bahasa (Simanjutak, 1982). Psikolinguistik dan pengajaran bahasa memang tidak dapat dipisahkan, karena fokus atau tumpuan psikolinguistik adalah pemerolehan bahasa (language acquisition), di samping pembelajaran bahasa (language learning) dan pengajaran bahasa (language teaching). Oleh sebab itu masalah-masalah dalam pengajaran bahasa, seperti masalah metode serta kesulitan membaca dan menulis permulaan di sekolah dasar telah banyak dicoba untuk dipecahkan dalam kajian-kajian psikolinguistik. Terdapat tiga fokus kajian dalam psikolinguistik, yaitu: pemerolehan, pengajaran dan pembelajaran bahasa berkaitan satu sama lain. Satu teori pembelajaran bahasa, misalnya Teori S-R (Stumulus – Response) akan diwarnai oleh keyakinan guru tentang bagaimana bahasa itu diperoleh dan dan dipelajari. Oleh sebab itu sudah selayaknya calon guru, guru dan orang tua siswa sekolah dasar mendalami teori-teori pemerolehan dan pembelajaran bahasa guna meningkatkan wawasan dan keterampilan mengajarnya.
Aplikasi psikolinguistik di sekolah dasar berhubungan dengan kebahasaan contohnya adalah mengajarkan anak dengan keterbelakangan mental dan menangani anak dengan keterlambatan atau gangguan bicara dengan metode bahasa ibu sebagai bahasa pengantar pembelajaran. Dengan penggunaan pendekatan bahasa ibu, anak mudah memahami apa yang ingin kita sampaikan kepadanya. Melalui metode tersebut, anak dapat menunjukkan perkembangannya dan memahami materi yang diajarkan.
Aplikasi psikolinguistik di sekolah dasar berhubungan dengan keterampilan contohnya adalah mengajarkan keterampilan membaca dan penulisan dengan menggunakan metode SAS. Ini didasarkan adanya para pengamat dan pakar pendidikan menilai, bahwa siswa sekolah dasar sekarang hanya pandai menghafal, tetapi tidak mampu memecahkan masalah yang  menuntut kemampuan analitis.  Metode SAS dianggap paling efektif dan efisien untuk mengajarkan membaca permulaan. Metode tersebut menggunakan globalitas dalam wujud cerita untuk mengawali tiap pelajaran. Dalam cerita tersebut disisipkan kata atau kalimat yang nantinya akan diajarkan kepada siswa.
Aplikasi psikolinguistik di sekolah dasar berhubungan dengan kesastraan contohnya adalah mengajarkan anak dengan cara bercerita. Cerita merupakan medium yang sangat baik. Cerita yang diceritakan dengan baik, dapat menginspirasikan suatu tindakan, membantu perkembangan apresiasi cultural, kecerdasan emosional, memperluas pengetahuan anak-anak atau hanya menimbulkan kesenangan. Selain itu, mendengarkan cerita, membantu anak-anak memahami dunia mereka dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain. Ketika anak-anak mendengarkan cerita, mereka akan menggunakan imajinasi mereka untuk menggambarkan isi cerita dari deskripsi pembaca cerita.


DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo. 2012. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Junaedi, R. 2012. Gangguan bicara pada mila (anak dengan down syndrome). Tersedia. http://ngurahkenzzo.blogspot.com/2012/01/gangguan-bicara-pada-mila-anak-dengan. html

Subyantoro. 2007. Model Bercerita Untuk Meningkatkan Kecerdasan Anak: Aplikasi Psikolinguistik. Vol 19 pp 261-273

1 komentar: