1.
Definisi
sastra anak
Endraswara dalam Mursini (2013)
menyatakan bahwa sastra anak pada dasarnya merupakan ”wajah sastra” yang fokus
utamanya demi perkembangan anak. Didalamnya, mencerminkan liku-liku kehidupan
yang dapat dipahami oleh anak, melukiskan perasaan anak, dan menggambarkan
pemikiran-pemikiran anak. Lebih lanjut Endaswara mengemukakan, sastra anak
hendaknya memiliki nilai-nilai tertentu yang dapat berpengaruh terhadap
perkembangan kejiwaan anak. Yang membedakan sastra anak dengan sastra yang lain
adalah muatannya. Sastra anak tentu saja perlu memuat rasa kesenangan,
kegembiraan, kenikmatan, cita-cita, dan petualangan anak.
Sastra anak-anak dalam Halik (2011) dijabarkan
dalam beberapa pengertian dari beberapa ahli. Menurut Halik, sastra anak merupakan
karya yang dari segi bahasa memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung
nilai-nilai yang dapat memperkaya pengalaman ruhani bagi kalangan anak-anak. Sedangkan
menurut Pramuki dalam Halik (2011) sastra anak-anak adalah karya sastra (prosa, puisi, drama) yang
isinya mengenai anak-anak; sesuai kehidupan, kesenangan, sifat-sifat, dan perkembangan
anak-anak. Lain hal dengan Solchan dkk dalam Halik (2011) yang membagi pengertian sastra anak-anak
atas dua bagian, yakni sebagai berikut.
1)
sastra
anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya remaja atau
dewasa yangisi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak.
2)
sastra
anak anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya masih
tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan
kepribadian anak. Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu
karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan
anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak
itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan
prosa, melainkan juga bentuk drama.
2.
Manfaat
sastra anak dalam berbagai perspektif, mencakup:
a)
Perspektif
kognitif
Sastra anak yang ada
kaitannya dengan pembentukan kecerdasan berpikir anak, membuat anak mampu
menghadapi persoalan hidupnya dengan pikiran yang matang (Mursini, 2013).
b)
Perspektif
imajinasi
Lewat sastra, anak
berkesempatan untuk berfantasi mengarungi dunianya. Biarkan dan beri kesempatan
anak-anak itu berkembang dan mengembangkan fantasinya (Saxby dan Winch dalam
Mursini, 2013). Selain itu, sastra dapat membantu anak untuk mengembangkan
imajinasi. Imajinasi yang dimaksud adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam
angan) atau menciptakan sesuatu (gambar, karangan,dan sejenisnya) berdasarkan
kenyataan atau pengalaman sesorang (Huck dalam Halik, 2011).
c)
Perspektif
sosial
Melalui karya sastra,
misalnya cerita, anak dapat memperoleh, memperlajari, dan menyikapi berbagai
persoalan hidup dan kehidupan, manusia dan kemanusiaan. Berbagai cerita
menawarkan dan mendialogkan kehidupan dengan cara-cara yang menarik dan
konkret. Melalui cerita juga, anak memperoleh berbagai informasi yang
diperlukan dalam kehidupan. Kehidupan yang menggambarkan dan menjelaskan bagaimana
hubungan dengan orang tua, teman sepermainan, dengan saudara atau masyarakat
dengan berbagai peran dan fungsinya (Mursini, 2013).
d)
Perspektif
moral
Mampu dipergunakan
sebagai media untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan nilai-nilai
yang diyakini baik dan berlaku pada lingkungan keluarga, masyrakat, dan bangsa.
Karena adanya pewarisan nilai-nilai itulah eksistensi suatu masyarakat dan
bangsa dapat dipertahankan. Selain itu, sastra anak mempunyai andil yang tidak
kecil dalam usaha pembentukan dan perkembangan kepribadian anak. Jika
dimanfaatkan secara benar dan dilakukan dengan strategi yang benar pula, sastra
diyakini mampu berperan dalam pengembangan manusia yang seutuhnya dengan cara
yang menyenangkan (Mursini, 2013).
e)
Perspektif
psikomotor
Dengan
adanya sastra, anak dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. Kaitannya dengan
apresiasi sastra yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, berbagai
hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran
dapat meningkatkan keterampilan berbahasa.
f)
Perspektif
kurikulum 2013
Karya sastra memiliki peranan yang cukup besar dalam
membentuk watak dan kepribadian seseorang.
Dengan bekal apresiasi sastra yang memadai, para keluaran pendidikan
diharapkan mampu bersaing pada era global dengan sikap arif, matang, dan dewasa
(Tuhusetya, 2011).
3.
Bentuk
atau macam-macam sastra untuk anak-anak
Sastra
anak-anak (kompas, 2005) membagi sastra anak-anak ke dalam beberapa jenis,
yakni: fiksi, nonfiksi, puisi, sastra tradisonal, dan komik. Pembagian tersebut
sejalan dengan Framuki (2000) bahwa sastra anak-anak yang bersifat imajinatif
dapat dibagi atas tiga macam yakni puisi, prosa, dan drama. Berdasarkan
pendapat tersebut sastra anak-anak dapat dibagi atas tiga macam sebagai berikut
1)
Puisi
Puisi
sebagai suatu karya sastra seni terdiri atas berbagai ragam. Waluyo dalam Halik
(2011) mengklasifikasi puisi berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau
gagasan yang hendak disampaikan, terbagi atas: puisi naratif, puisi lirik, dan
puisi deskriptif, yakni sebagai berikut.
·
Puisi Naratif
Puisi
naratif adalah puisi isinya berupa cerita. Penyair menyampaikan gagasanya dalam
bentuk puisi dengan cara naratif yang di dalamnya tergambar ada pelaku yang
berkisah.
·
Puisi Lirik
Puisi
Lirik adalah puisi yang mengungkapkan gagasan pribadinya dengan cara tidak
bercerita. Puisi lirik dapat berupa pengungkapan pujaan terhadap seseorang.
·
Puisi
Deskriptif
Puisi
deskriptif adalah puisi penyair yang mengungkapkan gagasannya dengan cara
melukiskan sesuatu untuk mengungkapkan kesan, peristiwa, pengalaman menarik
yang pernah dialaminya.
2)
Prosa
Surana
dalam Halik (2011) mengemukakan pengertian prosa sebagai berikut. Bentuk karangan sastra dengan bahasa
biasa, bukan puisi, terdiri atas kalimat-kalimat yang jelas pula runtutan
pemikirannya, biasanya ditulis satu kalimat setelah yang lain, dalam kelompok-kelompok
yang merupakan alinea-alinea. Jadi dapat dikatakan bahwa prosa fiksi anak-anak
adalah karya sastra yang tidak dibuat atas ragkaian bait demi bait tetapi
dibuat atas rangkaian paragraf demi paragraf dengan merangkaikan unsur-unsur
seperti tempat, waktu, suasana, kejadian, alur pristiwa, pelaku berdasarkan
tema cerita tertentu yang diperoleh secara imajinatif.
3)
Drama
Drama
menurut Surana dalam Halik (2011) adalah karangan prosa atau puisi berupa
dialog dan keterangan laku untuk dipertunjukkan di atas pentas. Seiring dengan
pendapat dari Hermawan dalam Halik (2011) mengenai drama, yaitu drama merupakan
cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas
dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton.
DAFTAR PUSTAKA
Halik,
A. 2011. Pengertian, Tingkatan, dan Manfaat Apresiasi Sastra Anak-Anak.
Tersedia: http://pjjpgsd.dikti.go.id/mod/resource/view.php?id=26&subdir=/Mata%20Kuliah%20Awal/Kajian%20Bahasa%20Indonesia%20SD/BAC
Mursini. 2013. Perkembangan Kepribadian Anak-Anak
Lewat Sastra. Tersedia: http://digilib.unimed.ac.id/public/unimed-article-23373-mursini
Tuhusetya, S. 2011.
Pengajaran Sastra, Kurikulum, dan Kompetensi Guru Bahasa. Tersedia: http://sawali.info/2011/04/12/pengajaran-sastra-kurikulum-dan-kompetensi-guru-bahasa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar